PENGELOLAAN
KEKAYAAN ALAM SECARA MANDIRI SEBAGAI SOLUSI PEMBERANTASAN KEMISKINAN DI
INDONESIA
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara besar. Luas wilayah teritorialnya
sekitar 5 juta km2. Sekitar 1,9 juta km2 berupa daratan sedangkan 3,1 juta km2 berupa lautan. Jika ditambah dengan zona ekonomi eksklusif, luas
wilayah Indonesia menjadi lebih dari 7,5 juta km2, dengan luas wilayah laut
menjadi 5,8 juta km2. Bila kita sandingkan peta Indonesia di daratan Eropa maka
wilayah Indonesia meliputi Inggris sampai dengan sebagian wilayah Rusia.
Indonesia
memiliki penduduk dengan jumlah 240 juta jiwa, kurang lebih sama dengan jumlah
penduduk seluruh negara Eropa yang tergabung dalam Uni Eropa. Berdasarkan
jumlah penduduk, Indonesia berada pada urutan keempat terbesar di dunia setelah
RRC, India dan Amerika Serikat. Dengan luas yang begitu besar tentu potensi
kekayaan alamnya juga banyak dan beragam. (www.hizbut-tahrir.or.id)
Kekayaan Alam dan Laut Indonesia
Kekayaan
alam Indonesia melimpah-ruah. Kekayaan hayati Indonesia seperti hutan,
luasnya yang tersisa menurut Bank Dunia sekitar 94.432.000 ha pada tahun
2010. Sekitar 31,065,846 ha di antaranya adalah hutan yang memiliki nilai
ekonomi tinggi. Indonesia memiliki 10% luas hutan tropis yang masih tersisa.
Indonesia juga memiliki kekayaan laut yang besar.
Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km2 dengan panjang garis pantai
81.000 km. Sekitar 7% (6,4 juta ton/tahun) dari potensi lestari total ikan laut
dunia berasal dari Indonesia. Kurang-lebih 24 juta ha perairan laut dangkal
Indonesia cocok untuk usaha budidaya laut dengan potensi produksi sekitar 47
juta ton/tahun. Kawasan pesisir yang sesuai untuk usaha budidaya tambak
diperkirakan lebih dari 1 juta ha dengan potensi produksi sekitar 4 juta
ton/tahun.
Kekayaan Tambang Indonesia
Berdasarkan
data Indonesia Mining Asosiation, Indonesia menduduki peringkat ke-6 terbesar
untuk negara yang kaya akan sumberdaya tambang, dengan potensi dan produksi
sebagai berikut:
● Walaupun cadangan batubara
Indonesia hanya 0,5% dari cadangan dunia, produksinya menempati posisi ke-6
sebagai produsen dengan jumlah produksi mencapai 246 juta ton.
● Peringkat ke-25 sebagai negara
dengan potensi minyak terbesar yaitu sebesar 4,3 miliar barel yang terbukti dan
3,7 miliar barel potensial.
● Peringkat ke-13 negara dengan
cadangan gas alam. Indonesia menduduki 13 terbesar dunia sebesar 92,9 triliun
kaki kubik. Produksinya menduduki peringkat ke-8 dengan tingkat produksi
sebesar 7,2 triliun kaki kubik dan menduduki peringkat ke-2 sebagai negara
pengekspor LNG terbesar sebesar 29,6 bcf.
● Cadangan emas Indonesia
berkisar 2,3% dari cadangan emas dunia dan menduduki peringkat ke-7 yang memiliki
potensi emas terbesar di dunia dengan produksi menduduki peringkat ke-6 di
dunia sekitar 6,7%.
● Peringkat ke-5 untuk cadangan
timah terbesar di dunia sebesar 8,1% dari cadangan timah dunia dan peringkat
ke-2 dari sisi produksi sebesar 26% dari jumlah produksi dunia.
● Peringkat ke-7 untuk cadangan
tembaga dunia sekitar 4,1%. Produksinya menduduki peringkat ke-2 sebesar 10,4%
dari produksi dunia.
● Peringkat ke-8 cadangan nikel
dunia (cadangan nikel Indonesia sekitar 2,9% dari cadangan nikel dunia), dengan
produksi menduduki peringkat ke-4 dunia sebesar 8,6% (Sumber: http://www.hpli.org/tambang.php).
Kekayaan Energi Indonesia
lndonesia memiliki beragam sumberdaya energi baik yang
tidak bisa diperbaharui seperti minyak bumi, gas, dan batubara, maupun yang
bisa terus diperbaharui seperti energi panas bumi. Komponen minyak, gas dan
batubara saja sudah menghasilkan 6 juta setara barel oil perhari. Belum lagi
energi terbarukan panas bumi sebesar 40 persen dari total yang ada di dunia
dikuasai Indonesia. Itu hampir setara dengan 28 ribu megawatt. Sebagai
perbandingan, seluruh listrik yang ada di Indonesia sebesar 29 ribu megawatt.
Sumberdaya
minyak bumi Indonesia diperkirakan mencapai 73 miliar barel. Yang sudah
dikeluarkan sejak zaman Belanda hingga sekarang mencapai 23 miliar barel.
Diyakini cadangan minyak masih banyak di bumi Indonesia, meski itu perlu
dibuktikan lebih lanjut (Http://www.ima-api.com).
Ironi Indonesia
Ironisnya, angka kemiskinan di negeri ini masih sangat
tinggi. Menurut BPS, penduduk miskin Indonesia tahun 2011, dengan pengeluaran
kurang dari 230 ribu, mencapai 30 juta jiwa. Jika ditambah dengan penduduk
‘hampir miskin’ yang pengeluarannya antara Rp 233-280 ribu, jumlahnya meningkat
menjadi 57 juta orang atau 24% dari total penduduk Indonesia. Jumlah itu
membengkak jika menggunakan standar kemiskinan internasional, yakni kurang dari
US$2 perhari. Menurut laporan Bank Dunia, pada tahun 2009 sebanyak 50,7%
atau lebih dari separuh dari penduduk negeri ini masih dalam kategori miskin (World
Bank, World Development Indicators 2011). Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa
mengatakan, hingga April 2012 sebanyak 13 juta penduduk Indonesia masih belum
memiliki rumah tinggal dan 4 juta punya rumah tetapi tidak layak huni (Http://www.jpnn.com/). Hingga awal Tahun 2012 Indonesia masuk dalam
lima besar untuk kasus gizi buruk. Secara nasional, diperkirakan ada sekitar
4,5 persen dari 22 juta balita atau 900 ribu balita mengalami gizi kurang atau
gizi buruk. (Http://www.beritasatu.com). Indonesia juga terlilit
hutang yang sangat banyak. dalam sembilan tahun masa pemerintahan
Presiden SBY (2005-2013) telah berutang sebesar Rp 1.496,12 triliun, sehingga
total utang pemerintah Indonesia saat ini telah mencapai Rp 2.273,76 triliun. Walaupun akumulasi pembayaran cicilan utang baik bunga maupun
pokok selama 15 tahun antara tahun 2000-2014 mencapai Rp 2376,449 triliun,
anehnya jumlah utang negara justru bertambah. Tercatat utang Pemerintah Pusat
pada tahun 2010 atau era Presiden SBY masih sebesar Rp 1.677 triliun. Pada
tahun anggaran 2011 utang Pemerintah Pusat sebesar Rp 1.803 triliun, pada Mei
2012 total utang Pemerintah Pusat sudah mencapai Rp 1.944,14 triliun. Dan pada
tahun 2013 hutang Pemerintah pusat sudah mencapai mencapai Rp 2.273,76
triliun. (www.politik.kompasiana.com)
Salah Kelola
Pangkal semua masalah ini adalah sistem ekonomi
kapitalis dan sistem politik demokrasi yang diterapkan di negeri ini.
Akibatnya, sejak masa Orde Baru sampai sekarang kekayaan alam Indonesia telah
diserahkan dengan harga yang sangat murah kepada swasta dan asing melalui
berbagai produk Undang-undang seperti UU Migas, UU Minerba, UU Penanaman Modal
dan sebagainya. Semua undang-undang yang memberikan peranan besar kepada swasta
dan kapitalis asing ini disahkan oleh DPR tanpa ada upaya pencegahan sedikit
pun. Semua ini berasas pada kepercayaan para penguasa dan pejabat di Indonesia
pada sistem ekonomi liberalisme dan mekanisme pasar. Ditambah lagi dengan
mental korup mereka yang hanya berpikir untuk kepentingan diri mereka saja.
Akibat lebih lanjut, sebagian besar kekayaan alam kita dikuasai oleh asing.
Sebagai contoh, ekplorasi migas hampir 90% dikuasi asing dan swasta, di
antaranya Chevron 45% (AS), Total 10% (Perancis), Conaco 8% (AS) dan Medco 6%.
Tambang emas sebagian besar dikuasai oleh PT Freeport (AS) dengan produksi
tahun 2010 sebesar 61.832,74 kg dan PT Newmont Nusa Tenggara (AS) 22.930,00 kg.
Tembaga juga dikuasai PT Freeport (AS) sebesar 632.325,01 ton dan PT Newmont
Nusa Tenggara (AS) dengan produksi 246.051,00 ton.
Semua kekayaan alam dan energi Indonesia, jika
dimanfaatkan dikelola sendiri oleh negara, maka penghasilan negara indonesia
pasti akan jauh lebih baik dan bisa memnyejahterakan rakyat miskin.
Atas dasar pemikiran di atas maka penulis mengangkat
judul PENGELOLAAN KEKAYAAN ALAM SECARA MANDIRI
SEBAGAI SOLUSI PEMBERANTASAN KEMISKINAN
DI INDONESIA
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.2.1
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari karya tulis ini adalah untuk mengetahui dapatkah pengelolaan
sumber daya alam dan energi
1.2.2
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah:
1. Sebagai sumber referensi
untuk memperbaiki kondisi ekonomi negara
2. Sebgai sumber informasi
dalam pengelolaan sumber daya alam dan energi indonesia
3. Sebgai sumber referensi
untuk karya selanjutnya
TELAAH PUSTAKA
Sumber Daya Alam
Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang
muncul secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan manusia pada umumnya.[1] Yang tergolong di dalamnya tidak hanya
komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah. Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan
menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui. SDA yang
dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama
penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme,
sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan.
Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi
dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. SDA tak dapat diperbaharui adalah
SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses
pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Minyak
bumi, emas, besi, dan berbagai bahan tambang lainnya pada umumnya memerlukan
waktu dan proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya
sangat terbatas., minyak bumi dan gas alam pada umumnya berasal dari sisa-sisa
hewan dan tumbuhan yang hidup jutaan tahun lalu, terutama dibentuk dan berasal dari lingkungan perairan. Perubahan
tekanan dan suhu panas selama jutaan tahun ini kemudiam mengubah materi dan
senyawa organik tersebut menjadi berbagai jenis bahan tambang.
Ekonomi
Ekonomi merupakan
salah satu ilmu sosial yang
mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan
konsumsi terhadap barang dan jasa. Istilah "ekonomi" sendiri berasal
dari bahasa Yunani, yaitu
οἶκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah
tangga" dan νόμος (nomos) yang berarti "peraturan, aturan, hukum". Secara garis besar, ekonomi
diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah
tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau
ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.
Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian ,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya
melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya
dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
·
Gambaran
kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang,
perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai
situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
·
Gambaran
tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan,
karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi
pada bidang ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada
dua gambaran yang lainnya.
·
Gambaran
tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat
berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. Gambaran tentang ini dapat
diatasi dengan mencari objek penghasilan diluar profesi secara halal.
Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.
Mandiri
Menurut
kamus besar bahasa indonesia mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri;
tidak bergantung pd orang lain
ANALISIS DAN SINTESIS
Indonesia adalah negeri yang kaya
raya. Kekayaan alamnya melimpah ruah. Tanahnya subur dipenuhi dengan aneka
hayati. Demikian pula lautnya. Di dalam perutnya tersimpan berbagai barang
tambang berharga, seperti tembaga, nikel, batu bara, minyak, gas, perak, emas,
dan lain-lain. Bahkan tambang emas di Papua merupakan tambang terbesar di
dunia.Terbesar luas areanya, dan terbesar pula produksi per tahunnya.
Cadangannya juga amat besar. Menurut perkiraan PT Freeport, cadangan biji yang
siap ditambang saat ini mencapai 2,6 miliar ton!
Namun
sungguh ironis, melimpahnya kekayaan alam tersebut tidak membuat penduduk
negeri ini hidup makmur dan sejahtera. Sebaliknya, masih banyak di antara
mereka hidupnya di bawah garis kemiskinan. Menurut BPS,
penduduk miskin pada tahun 2011 di negeri
ini mencapai 30.018.930 orang. Itu pun dengan ukuran garis
kemiskinan Rp 253.016,- per bulanbagi penduduk kota, dan Rp
213.395,- perbulan bagi penduduk desa.
Kondisi keuangan negara juga tak
jauh berbeda. Negara ini justru menanggung beban utang yang amat besar dan
jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Hingga akhir
September 2013 utang pemerintah Indonesia telah mencapai Rp 2.273 triliun
(Senin, 28/10/2013). Jumlah utang pemerintah Indonesia tersebut, jika dibagi
rata dengan jumlah penduduk Indonesia hasil Sensus Penduduk tahun 2010 sebanyak
237.641.326 jiwa, maka setiap orang Indonesia pada akhir September 2013 telah
memiliki utang sebesar Rp 9.564 juta.
Inilah realitas kontradiktif negeri
ini. Kekayaan alamnya berlimpah ruah, namun ekonomi warga dan negaranya amat
mengenaskan. Realitas kontradiktif ini jelas menunjukkan ada yang salah dalam
mengurus dan mengelola kekayaan alam negeri ini. Kesalahan inilah yang harus
diketahui dengan benar sehingga dapat segera dikoreksi dan diberikan solusinya.
Kesalahan pengelolaan kekayaan alam
dan energi ini terjadi karena indonesia memilih sistem kapitalisme dan sistem
pemerintahan demokrasi. Pemerintahan demokrasi di orde baru dan era reformasi
telah menjual kekayaan alam indonesia kepada pihak asing melalui berbagai
produk Undang-undang seperti UU Migas, UU Minerba, UU Penanaman Modal Asing dan
sebagainya.
Semua undang-undang ini memebri
peranan besar kepada swasta dan kapitalisme asing, disahkan oleh DPR tanpa ada
upaya pencegahan sedikitpun. Semua ini berasas pada kepercayaan para penguasa
dan pejabat Indonesia kepada sistem ekonomi liberalisme dan mekanisme pasar.
Ditambah lagi dengan mental korup dimana mereka yang hanya berfikir untuk
kepentingan dirinya saja.
Ide Pengembangan yang Sesuai dengan Rumusan masalah
dan Tujuan
Sebagai sebuah negara indonesia
memiliki seperangkat aturan yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik
yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang (ideologi). Akan tetapi
sistem ekonomi yang digunakan untuk mengelola kekayaan alam Indonesia saat ini
malah merugikan rakyat dan bangsa Indonesia sendiri. Karena Pemerintah menjual
kekayaan alam Indonesia kepada pihak asing dan swasta dengan harga yang sangat
murah.
Seharusnya
kekayaan Alam yang melimpah ruah ini kita kelola secara mandiri, dan tidak
boleh diserahkan kepada swasta (corporate based management), tetapi harus
dikelola sepenuhnya oleh negara (state based management) dan hasilnya harus
dikembalikan kepada rakyat dalam berbagi bentuk. Hal ini berdasarkan pada pasal
33 ayat 3 “Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Namun pada faktanya kekayaan alam
Indonesia 70-80% dikelola asing, bukan negara. Sebagai
contoh, ekplorasi migas hampir 90% dikuasi asing dan swasta, di antaranya
Chevron 45% (AS), Total 10% (Perancis), Conaco 8% (AS) dan Medco 6%. Tambang
emas sebagian besar dikuasai oleh PT Freeport (AS) dengan produksi tahun 2010
sebesar 61.832,74 kg dan PT Newmont Nusa Tenggara (AS) 22.930,00 kg. Tembaga
juga dikuasai PT Freeport (AS) sebesar 632.325,01 ton dan PT Newmont Nusa
Tenggara (AS) dengan produksi 246.051,00 ton, dengan pelegalan undang-undang
yang dibuat oleh Pemerintah sendiri.
Sejahtera
dengan Mengelola Kekayaan Alam secara Mandiri
Dengan mengelola kekayaan alam secara mandiri, maka
kekayaan alam Indonesia akan menjadi pos penerimaan negara yang sangat besar.
Ini sangat berbeda dengan kondisi sekarang saat pos penerimaan negara dalam
APBN justru didominasi oleh pajak. Hasil kekayaan alam justru dinikmati oleh
swasta, baik lokal maupun asing, sedangkan rakyat tetap menderita. Kondisi ini
tidak akan terjadi jika kekayaan alam dikelola berdasarkan sistem ekonomi
Islam.
Proyeksi Pendapatan dari Kekayaan Alam Indonesia
1. Sektor
energi.
Produksi minyak di
Indonesia saat ini sekitar 900.000 barel perhari (bpd). Adapun kebutuhan
konsumsi minyak sekitar 1.300.000 barel perhari. Karena itu Indonesia harus
mengimpor sedikitnya 400.000 barel perhari untuk memenuhi kebutuhan BBM di
dalam negeri. Bila asumsi harga minyak impor adalah US$100/barel, sementara
Biaya Lifting, Refining dan Transportasi (LRT) minyak dalam negeri sekitar
US$15/barel sampai di SPBU dengan nilai tukar rupiah Rp 9.000/US$ maka biaya
yang dikeluarkan Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan BBM perhari:
Sumber
Minyak
|
Biaya
Perbarel
|
Total
|
Impor
|
400.000
barel x [$ 100 + $ 2.55 (RT)*]
|
$
41.020.000
|
Produksi
Sendiri
|
900.000
barel x $ 15 (LRT)
|
$
13.500.000
|
Jumlah
|
$
54.520.000
|
Jika US$ 1 = Rp.9.000
|
Rp.
490.680.000.000
|
*Biaya refining dan
transportasi (RT) sekitar 17% dari total biaya LRT
Adapun penerimaan dari
menjual BBM kepada masyarakat dengan harga saat ini (Rp 4.500,- perliter)
adalah: 1.300.000 barel x 159 liter/barel x Rp. 4.500,- = Rp. 930.150.000.000,-
perhari. Keuntungan dari penjualan BBM
perhari sekitar Rp. 439.370.000.000,-, atau setara dengan Rp. 160.4 triliun,-
pertahun. Keuntungan ini dimasukkan ke dalam pos penerimaan kepemilikan umum
dan dikembalikan kepada masyarakat. Penerimaan ini masih mungkin
bertambah karena lifting minyak Indonesia dapat ditingkatkan bila dikelola oleh
negara.
Produksi gas (LNG)
adalah setara 5,6 juta barel minyak perhari, namun harganya di pasar dunia
hanya 25% harga minyak, jadi nilainya sekitar Rp 297 Triliun (nett profit
sekitar Rp 268 Triliun). Produksi batubara adalah setara 2 juta barel minyak
perhari, dengan harga di pasar dunia sekitar 50% harga minyak, jadi nilainya
sekitar Rp 212 Triliun (nett profit sekitar Rp 191 Triliun). (Http://famhar.multiply.com/)
2. Pertambangan.
Produksi pertambangan
terutama emas seperti yang dikelola PT Freeport atau PT Newmont kita lakukan
melalui perhitungan dengan taksiran dari setoran pajak mereka. Ini bila
kita percaya kebenaran nilai pajak PT Freeport yang Rp 6 triliun pertahun, dan
ini baru 20 persen dari nett profit—itu artinya nett profit-nya
adalah Rp 30 triliun pertahun. Sumber lain menyebut produksi emas di
Freeport adalah sekitar 200 ton emas murni perhari. Dengan demikian secara
kasar—bersama perusahaan tambang mineral logam lainnya, yakni emas/Newmont juga
timah, bauksit, besin juga kapur, pasir, dan lain-lain—nett profit sektor pertambangan adalah minimal Rp 50 triliun pertahun (Http://famhar.multiply.com/).
3. Hasil laut.
Menurut Rokhmin
Dahuri, nilai potensi lestari laut Indonesia baik hayati, non-hayati maupun
wisata besarnya sekitar US$ 82 Miliar atau sekitar Rp. 738 Triliun. Pada Tahun
2010 nilai produksi perikanan tangkap mencapai Rp 61,24 triliun lebih rendah
dari target nilai produksi tahun 2010 sebesar Rp 87,275 triliun (Http://us.detikfinance.com). Ini belum memperhitungkan kerugian akibat berbagai bentuk pencurian di laut yang
diperkirakan mencapai Rp 200 triliun pertahun(Http://pk2pm.wordpress.com).
4. Hasil hutan.
Yang paling menarik
adalah produksi hutan. Luas hutan Indonesia yang tersisa tahun 2010
adalah 94.432.000 hektar. Untuk mempertahankan agar lestari dengan siklus 20
tahun, maka setiap tahun cukup 5 persen tanamannya yang diambil. Bila dalam 1
hektar hutan, hitungan minimalisnya ada 400 pohon, itu berarti setiap tahun
hanya 20 pohon perhektar yang ditebang. Kalau kayu pohon berusia 20 tahun
itu nilai pasarnya Rp 2 juta dan nett
profit-nya Rp 1 juta, maka nilai ekonomis dari hutan Indonesia adalah 94
juta hektar x 20 pohon perhektar x Rp 1 juta perpohon = Rp 1.880 triliun.
Namun, tentu ini tidak mudah didapat, karena saat ini lebih dari separuh hutan
Indonesia telah rusak oleh illegal logging. Harga kayu yang legal pun telah dimainkan dengan transfer
pricing untuk menghemat pajak. Namun, Rp 900 triliun juga masih sangat
besar. Jika dikelola dengan baik, masih banyak hasil hutan lain yang bernilai
ekonomis tinggi, misalnya untuk obat-obatan.
Kesimpulan
Belum lagi pemasukan dari sumber daya manusia,
sumber daya infrastruktur, sumber daya informasi, sumber daya kapital, dan daya
produksi, serta dana yang dikorupsi, maka APBN akan surplus banyak dan bisa
digunakan untuk pemberian pendidikan dan kesehatan gratis, bahan sembako murah,
serta pembukaan lapangan pekerjaan sebesar-besarnya. Maka dengan begitu,
kemiskinan di Indonesia dapat diberantas
dengan mudah,.
Itulah gambaran potensi pendapatan negara kalau Indonesia
mengelola sendiri kekayaan alamnya.
DAFTAR Pustaka
PENGELOLAAN
KEKAYAAN ALAM SECARA MANDIRI SEBAGAI SOLUSI
PEMBERANTASAN KEMISKINAN DI INDONESIA
WENNY
NOVITA HASIBUAN
1113151044
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
1. Judul Kegiatan
|
: Pengelolaan Kekayaan Alam secara Mandiri sebagai
Solusi Pemberantasan Kemiskinan di Indonesia.
|
2. Pelaksana Kegiatan
|
|
a. Nama Lengkap
|
: Wenny Novita Hasibuan
|
b. NIM
|
: 1113151044
|
c. Jurusan
|
: Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan
|
d. Universitas/Institusi/Politeknik
|
: Universitas Negeri Medan
|
e. Alamat Rumah dan No. Tel./HP
|
: JL. Prof. HM. Yamin, Medan.
087769487101
|
f. Alamat email
|
|
Medan,
26 Maret 2014
Menyetujui
Wakil/Pembantu Dekan III
|
Ketua Pelaksana Kegiatan
|
(
NIP.
|
(Wenny Novita Hasibuan)
NIM. 1113151044
|
Pembantu Rektor III UNIMED
|
Dosen Pendamping
|
(Prof. Dr. Biner Ambarita M.Pd)
NIP. 19570515 198403 1 004
|
(_____________________)
NIP.
|
Kata
Pengantar
Puji
syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis yang berjudul “Pengelolaan
Kekayaan Alam secara Mandiri sebagai Solusi Pemberantasan Kemiskinan di
Indonesia.”.
Karya
tulis ini disusun dalam rangka mengikuti Program Pemilihan Mahasiswa Berprestasi
(MAWAPRES)
Ucapan terima
kasih Penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
Karya Tulis ini. Terutama Penulis sampaikan terima kasih kepada:
1.
Bapak Abdul Rajab selaku Dosen Pendamping,
2.
Kedua orangtua
dan saudara-saudara kami yang selalu
memberikan
dukungan serta doanya,
3.
Teman-teman kami
yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan dorongan,
4.
Semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan materil
maupun spiritual.
Penulis menyadari
bahwa Karya Tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif untuk dijadikan masukan dalam
penyempurnaan Karya Tulis ini.
Semoga Karya Tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, 26 Maret 2014
Penulis
Ringkasan.......................................................................................................... v
Telaah
Pustaka......................................................................................................6
Analisis dan Sintesis......................................................................................... 9
RINGKASAN
Indonesia is a rich country . Natural wealth abound.
Fertile ground filled with assorted appreciate . Similarly seas . In his
stomach saved many precious mineral , such as copper , nickel , coal, oil , gas
, gold, etc. . Even gold mine in Papua is the largest mine in the world.
Largest extensive premises , and the largest of production per year. The
proposal is quite large. According to estimates of PT Freeport , the proposed
seed ready mined currently reach 2.6 billion tons !
But so ironic , the profusion of natural
resources does not make the state's population living in prosperity and peace .
Instead , many of them life below the poverty line . According to BPS , poor
people in 2011 in the state reached 30,018,930 people. That was the measure of
the poverty line of Rp 253 016 , - per month for city residents , and Rp
213,395 , - perbulan for rural residents .
Financial condition of the country is also not much
different . The country is thus bear the burden of a huge debt and the amount
continues to increase every year . Until September 2013 , the country 's debt
reached Rp 2.273 trillion . Jumah huge ! If divided by the total population of 239
million , then everyone , including newborn babies , overburdened debt of Rp Rp
9.564 million .
This is the reality of contradictory state. Natural
wealth abound , but economy is really poor citizens and countrymen .
Contradictory reality clearly shows there is nothing wrong in managing and
organizing the wealth of the state. These errors should be known to be true
until immediately corrected and provided a solution.
Mismanagement of natural resources and energy this is because Democratic
governance in the new order and the reform era has been selling Indonesian
natural resources to foreigners through a variety of products such as Law Oil
and Gas Law, Mining Law, Foreign Investment Law and so on.
From the above calculation of state revenue from its
natural resources alone is very large, which is estimated at a minimum of Rp
1657.525 trillion without taxes and debt. When compared with the Indonesian
government spending in 2013 about USD 1726.2 trillion (113.24 trillion,
including interest payments) Government funding only needs to seek input as
much as Rp. 68. 675 Trillion to cover the state budget. and it is very easy to
do by the government. for example, cut wastage of funds as funds plesiran
officials, government building renovation construction is still good. and if
Indonesia is free from debt interest, it will get the surplus funds of Rp 44,
565 Trillion.