welcome

Monday 20 January 2014

Pengertian Kalimat Efektif

1.      Pengertian Kalimat
Secara tradisional, kalimat diartikan sebagai susunan kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kalimat didefinisikan sebagai (1) Kesatuan ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan, (2) Perkataan, (3)Satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri (Depdikbud. 1989:380).
     Sedangkan dalam Kamus Istilah, kalimat didefinisikan sebagai bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan:
1.)    Dalam wujud lisan kalimat yang diiringi oleh alunan titik nada disela oleh jeda, diaktifkan oleh intonasi selesai dan diakhiri oleh kesenyapan.
2.)    Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf besar atau kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya atau seru; sementara itu disertai pula di dalamnya berbagai tanda baca (Suprapto, 1993: 40).

2.      Pengertian Kalimat Efektif
Arifin dan Tasai mendefinisikan kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pembaca atau penulis (Arifin, dkk, 1989:111).
Kalimat efektif dapat didefinisikan sebagai kalimat yang secara tepat mewakili pikiran dan keinginan penulis yang disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembaca.

3.      Persyaratan Kalimat Efektif
Agar kalimat yang dibuat dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan penulis (efektif), perlu diperhatikan beberapa persyaratan lanjutan, selain persyaratan awal yang tersebut dibicarakan pada ejaan dan tanda baca beserta pilihan kata.
Persyaratan-persyaratan lanjutan yang perlu diperhatikan adalah:
1)      Kesepadanan dan kesatuan antara strukur bahasa dengan cara atau jalan pikiran yang logis dan masuk akal.
2)      Kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
3)      Penekanan untuk mengemukakan ide pokok.
4)      Kehematan dalam mempergunakan kata.
5)      Kevariasian dalam struktur kalimat.

1)      Kesepadanan dan Kesatuan
Setiap kalimat yang baik terdiri dari unsur-unsur kalimat yaitu subyek, predikat, objek dan keterangan. Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah hubungan timbal balik antara subyek dan predikat, antara predikat dengan obyek serta dengan keterangan-keterangan yang menjelaskan unsur-unsur kalimat tadi. Yang dimaksud dengan kesatuan ialah setiap kalimat harus mengandung satu ide pokok atau kesatuan pikiran. Jadi yang dimaksud dengan kesepadanan dan kesatuan dalam kaliamat ialah kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan ide yang dikandung kalimat.
Pada umumnya dalam sebuah tutor terdapat satu ide pokok yang hendak disampaikan dan komentar atau penjelasan mengenai ide pokok itu. Kedua hal ini perlu ditata, dalam kalimat secara cermat agar informasi dan maksud penulis mencapai sasarannya. Untuk mencapai maksud itu perlu diperhatikan petunjuk berikut ini.
1.)    Subyek dan Predikat
Setiap kalimat harus mempunyai subyek dan predikat. Yang dimaksud dengan subyek yaitu sesuatu yang menjadi inti pembicaraan di dalam kalimat. Predikat yaitu hal yang menceritakan atau menjelaskan tentang inti kalimat pembicaraan.
Contoh:
1.      Bangsa Indonesia menginginkan keamanan, kesejahteraan serta kedamaian.
2.      Mahasiswa kelas reguler B memiliki impian menjadi konselor profesional.

2.)    Ide Pokok
Dalam menyusun kalimat kita harus mengemukakan ide pokok kalimat tersebut. Biasanya ide pokok kita letakkan pada bagian depan kalimat. Jika seorang penulis hendak menggabungkan dua kalimat, maka penulis harus menentukan bahwa kalimat yang mengandung ide pokok harus menjadi induk kalimat.
Contoh:
Ia berada di sekolah ketika kecelakaan itu terjadi.
Ia berada di sekolah adalah ide pokok dalam kalimat di atas.

3.)    Penggabungan dengan “Yang”, “Dan”
Seorang kalimat sering menggabungkan dua kalimat atau klausa menjadi satu kalimat. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel dan, maka hasilnya kalimat majemuk setara. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel yang, maka akan menghasilkan kalimat majemuk bertingkat, artinya kalimat itu terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.
Contoh:
Doni adalah siswa baru di sekolah kami dan sudah memperoleh banyak penghargaan di bidang olahraga.

4.)    Penggabungan menyatakan “Sebab” dan “Waktu”
Hubungan sebab dinyatakan dengan mempergunakan kata karena, sedangkan hubungan waktu dinyatakan dengan kata ketika.
Contoh:
-          Ketika ia selesai menjalani operasi, teman-temannya menjenguknya ke rumah sakit.
-          Karena ia selesai menjalani operasi, teman-temannya menjenguknya ke rumah sakit.

5.)    Penggabungan Kalimat yang Menyatakan Hubungan Akibat dan Hubungan Tujuan
Dalam menggabungkan kalimat perlu dibedakan penggunaan partikel sehingga untuk menyatakan hubungan akibat dan partikel agar atau supaya untuk menyatakan hubungan tujuan.
                        Contoh:
-          Semua siswa di Aceh yang beragama Islam diwajibkan memakai jilbab ke sekolah sehingga menurunkan tingkat pelecehan seksual.
-          Semua siswa di Aceh yang beragama Islam diwajibkan memakai jilbab ke sekolah agar menurunkan tingkat pelecehan seksual.

6.)    Penumpukan Ide Pokok
Kalimat panjang tidak selalu kurang jelas, tetapi kalimat yang terlalu panjang kadang-kadang memberi kemungkinan penumpukan beberapa ide pokok. Kalimat ini mengandung banyak anak kalimat, sehingga ide pokok kalimat itu menjadi tidak jelas lagi.
Contoh:
Sebagai agent of change saya sangat sepakat jika kita ingin membangun negeri ini, hal itu dimulai memperbaiki kualitas dari diri kita sendiri, kemudian keluarga, kerabat, dan masyarakat sehingga akan membentuk masyarakat madani yang saling tolong-menolong, toleransi dan menghormati antara perbedaan yang satu dengan yang lain.

Kalimat di atas terlalu panjang, sehingga dapat dipersingkat menjadi:

Sebagai agent of change saya sangat sepakat jika kita ingin membangun negeri ini, hal itu dimulai memperbaiki kualitas dari diri kita sendiri. Kemudian keluarga, kerabat, dan masyarakat. Dengan demikian kita akan membentuk masyarakat madani yang saling tolong-menolong, toleransi dan menghormati antara perbedaan yang satu dengan yang lain.


                          7. Penggunaan Kata terjemahan
     Dalam tulisan-tulisan sering kita jumpai pemakaian kata di mana, yang mana dan kata mana lainnya yang dipakai bukan dipakai sebagai tanda tanya.
Contoh :
Kota di mana saya pernah tinggal, sekarang sedang dilanda banjir .
Dapat diperbaiki menjadi :
Kota tempat saya pernah tinggal sekarang sedang dilanda banjir
2. Kesejajaran (Pararelisme)
3. Penekanan dalam Kalimat
Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan (ide) pokok.Inti pikiran ini oleh biasanya ingin ditekankan atau ditonjolkan penulis atau pembicara. Menurut penekanan terhadap inti yang ingin diutarakan dalam kalimat biasanya ditandai dengan nada suara, seperti memperlambat ucapan, meninggikan suara, pada bagian kalimat yang dipentingkan.
Beberapa cara membentuk penekanan dalam kalimat:
1.      Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan atau awal kalimat.
2.      Membuat urutan kata yang bertahap.
3.      Melakukan pengulangan kata(repetisi)
4.      Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
5.      Menggunakan partikel penekanan (penegasan).
4. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif ialah kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya dianggap tidak diperlukan.Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata.Kehematan tidak berarti bahwa kata yang diperlukan atau yang manambah kejelasan makna kalimat boleh dihilangkan.
Unsur-unsur penghematan apa saja yang harus diperhatikan:
a.       Pengulangan Subjek Kalimat
Penulisan kadang-kadang tanpa sadar sering mengulang subjek dalam satu kalimat.Pengulangan ini tidak membuat kalimat itu menjadi lebih jelas.
Contoh:
Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan study tour karena mereka tahu masa ujian telah dekat.
Direvisi menjadi:
Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan studi tur karena masa ujian telah dekat.

b.      Hiponimi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hiponim adalah hubungan antara makna spesifik dan makna generik atau antaranggota taksonomi.
Contoh:
Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya lampu neon.
Direvisi menjadi:
Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya neon.

c.       Pemakaian Kata Depan ”dari” dan ”daripada”
Dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata depan dari dan daripada, selain ke dan di. Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat), asal(asal-usul).
Contoh :
Bu Ros berangkat dari Bandung pukul 06.30WIB.

Kata dari tidak dipakai untuk menyatakan milik atau kepunyaan. Dalam bahasa Indonesia kata depan daripada berfungsi untuk membandingkan sesuatu benda atau hal dengan benda atau lainnya.
Contoh:
Sifat Muhammad Yamin lebih sukar dipahami daripada sifat Miswanto.
5.  Kevariasian
Panjang pendeknya variasi dalam kalimat mencerminkan jalan pikiran seseorang. Variasi dalam penulisan pilihan kata (diksi) atau variasi dalam tutur kalimat yang tepat dan benar akan memberikan penekanan pada bagian-bagian kalimat yang diinginkan. Agar tidak membosankan dan menjemukan dalam penulisan kalimat diperlukan pola dan bentuk/struktur yang bervariasi.
a.       Variasi Bentuk Pasif Persona
Bentuk pasif persona juga dapat dimanfaatkan sebagai variasi lain dalam pengungkapan informasi.

b.      Variasi Bentuk Aktif – Pasif
Variasi bentuk aktif-pasif merupakan variasi penggunaan kalimat dengan memanfaatkan kalimat aktif lebih dulu, kemudian diikuti oleh kalimat pasif, atau sebaliknya.

1 comment: